Proses Perpindahan Siswa SMPN 1 Kelumpang Hilir ke Jawa Terhambat, Dipersulit Faktor Jarak dan Biaya
Foto : Ilustrasi
BANTEN, BeritaKilat.com - Proses perpindahan seorang siswa dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, menuju ke pulau Jawa, Provinsi Banten, menuai keluhan dari pihak keluarga wali murid.
Mereka merasa dipersulit oleh kebijakan sekolah yang mengharuskan mereka hadir secara fisik, sementara mereka terhimpit masalah ekonomi dan biaya perjalanan yang tinggi.
Yanti, salah satu anggota keluarga wali murid, menuturkan bahwa keponakannya harus kembali ke kampung halaman di Pulau Jawa karena kondisi ekonomi keluarga yang terpuruk setelah orang tuanya berhenti bekerja di salah satu perusahaan di Kalimantan Selatan.
"Saudara saya pulang kampung ke Pulau Jawa. Awalnya hanya menengok keluarga, tapi kemudian ada tawaran kerja di luar negeri, dan mereka ikut. Namun, nasib anaknya yang harus melanjutkan sekolah di sini (Banten) jadi pemikiran, karena harus mengurus surat pindah di sekolah asal," ungkap Yanti.
Tuntutan Sekolah dan Kendala Biaya
Permasalahan muncul ketika pihak keluarga mengurus surat kepindahan siswa tersebut. Pihak sekolah, SMPN 1 Kelumpang Hilir, bersikeras meminta agar wali murid datang langsung ke sekolah di Kalimantan Selatan.
"Pihak sekolah menyuruh kami dari keluarga datang ke sekolah SMPN 1 Kelumpang Hilir, padahal kami mau ongkos dari mana ke sana?" keluh Yanti, menyoroti jarak yang sangat jauh antar-pulau.
Upaya komunikasi yang dilakukan pihak keluarga dengan pihak sekolah pun terkesan terhambat. Saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah hanya merespon melalui pesan WhatsApp dan menolak untuk dihubungi melalui telepon.
Pesan WhatsApp dari Kepala Sekolah kepada pihak wali murid berbunyi:
"Kalau bisa datang saja ke sini, awalnya juga orang tuanya waktu daftar datang ke sini."Jawab Kepala sekolah SMPN 1 Kelumpang Hilir
Pihak keluarga wali murid sangat menyayangkan respon ini. Mereka menilai pihak sekolah seakan tidak memberikan solusi atau respon baik terkait keberlangsungan masa depan pendidikan anak bangsa tersebut, terutama dengan mempertimbangkan kesulitan ekonomi dan geografis yang dihadapi.
"Kejadian ini sangat kami sayangkan,pihak sekolah seakan tidak ada respon baik untuk keberlangsungan masa depan pendidikan anak bangsa yang seakan tidak memberikan solusi," tutup Yanti, berharap ada kebijakan yang lebih fleksibel dan berempati dari pihak sekolah demi kelancaran proses belajar siswa. (ARS)

Posting Komentar