OPTIMISME PERTANIAN RUHAY: LEBAK MENGUAT SEBAGAI LUMBUNG PANGAN BANTEN
Dinas Pertanian Kabupaten Lebak | Refleksi HUT Lebak ke-197 Tahun 2025
Lebak, 2025 — Memasuki usia ke-197 tahun, Kabupaten Lebak terus menunjukkan kemajuan signifikan sebagai daerah agraris yang menjadi tumpuan perekonomian masyarakat. Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung utama dengan kontribusi sekitar 27 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lebak, sebagaimana tercatat dalam BPS Lebak dalam Angka 2025. Angka tersebut menegaskan bahwa pertanian tidak lagi sekadar sektor tradisional, namun telah menjelma menjadi kekuatan strategis pembangunan daerah.
Dibekali bentang lahan yang luas, kekayaan sumber daya alam, serta semangat kerja masyarakat, pertanian Lebak meneguhkan posisinya sebagai pusat agribisnis dan lumbung pangan di Provinsi Banten. Pembangunan pertanian di daerah ini bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan pangan, namun juga terkait kemandirian, kesejahteraan sosial, dan kebanggaan masyarakat.
Ketahanan Pangan: Pilar Ekonomi dan Kemandirian Desa
Dinas Pertanian Kabupaten Lebak mencatat luas sawah mencapai 51.298 hektar dan lahan darat 253.174 hektar pada 2024. Dengan tanam padi seluas 115.381 hektar dan produksi mencapai 354.085 ton beras, Lebak berada dalam kondisi surplus sekitar 211.047 ton beras per tahun. Surplus ini menjadi modal penting untuk menjaga stabilitas pasokan pangan, termasuk ketika terjadi bencana, paceklik, atau fluktuasi produksi nasional.
Selain padi, komoditas palawija seperti jagung, ubi kayu, dan ubi jalar berkembang pesat, terutama di wilayah dataran tengah dan selatan seperti Banjarasari, Gunungkencana, Cigemblong, hingga Bojongmanik dan Lebakgedong.
“Kombinasi kekuatan padi dan palawija membuat Lebak bukan hanya mampu menjaga ketahanan pangan, tetapi juga memperluas peluang ekonomi dan industrialisasi pedesaan,” ujar Kepala Dinas Pertanian Lebak, Rahmat Yuniar, M.Si.
Hortikultura: Ragam Komoditas, Ragam Peluang
Subsektor hortikultura juga tumbuh cepat. Sayuran seperti bawang merah, cabai, hingga tanaman buah tropis—durian, pisang, pepaya, rambutan—menjadi primadona di berbagai wilayah. Tanaman biofarmaka seperti jahe, kunyit, dan kencur ikut memberi pendapatan tambahan bagi petani, dengan produksi tahun 2024 mencapai 664.387 m³.
Keragaman hortikultura ini memperkuat gizi masyarakat sekaligus menciptakan peluang industri olahan seperti sambal kemasan, minuman herbal, dan pangan fungsional bernilai tinggi.
Perkebunan dan Hilirisasi: Dari Desa Menembus Pasar Dunia
Perkebunan menjadi sektor unggulan Lebak, meliputi kelapa sawit, kelapa rakyat, karet, kakao, dan gula aren. Luas perkebunan sawit mencapai 4.197 hektar pada 2024 dengan produksi 23.172 ton, sementara kelapa rakyat mencapai 19.000 hektar.
Yang paling membanggakan, Lebak kini dikenal sebagai penghasil gula aren terbesar di dunia, melampaui Thailand dan Malaysia. Sekitar 12.000 perajin aktif menghasilkan gula aren yang menembus pasar ekspor Eropa, Timur Tengah, dan Amerika, dengan omzet mencapai Rp96 miliar per tahun.
Potensi hilirisasi perkebunan juga terus berkembang:
Gula aren → gula semut, sirup nira, hingga etanol ramah lingkungan
Kelapa → VCO, tepung kelapa, santan instan, briket arang aktif
Kakao & kopi lokal → produk cokelat premium dan kopi single origin bercita rasa khas Lebak
Inovasi hilirisasi ini tidak hanya menambah nilai produk, tetapi memperkuat ekonomi kreatif pedesaan dan membuka lapangan kerja baru.
Pertanian Ruhay: Membangun dari Desa, Menumbuhkan Optimisme
Pembangunan pertanian Lebak beriringan dengan semangat Lebak Ruhay (Rukun, Unggul, Hegar, Aman, dan Yakin).
Unggul → produktivitas padi meningkat, palawija berkembang, komoditas aren dan kelapa menembus ekspor.
Hegar → diversifikasi pangan menguatkan ekonomi desa dan kesejahteraan petani.
Yakin → keberhasilan petani lokal menumbuhkan rasa percaya diri generasi muda untuk kembali bertani dan berinovasi.
“Saya percaya, pertanian Lebak adalah masa depan. Sinergi pemerintah daerah, penyuluh, kelompok tani, dan pelaku usaha menjadi motor kebangkitan sektor pertanian menuju ekonomi hijau dan inklusif,” tegas Rahmat.
HUT Lebak ke-197: Momentum Menguatkan Kemandirian Pangan
Di usia 197 tahun, Kabupaten Lebak menatap masa depan dengan optimisme. Sektor pertanian bukan hanya penyedia pangan, tetapi menjadi penggerak ekonomi daerah, pencipta lapangan kerja, serta penopang identitas budaya masyarakat Lebak.
Dengan semangat Lebak Ruhay, Dinas Pertanian berkomitmen terus mengembangkan inovasi, hilirisasi, dan pemberdayaan petani agar pertanian Lebak semakin maju, mandiri, dan berdaya saing global. (Adv)

Posting Komentar