Kematian Bayi di Leuwidamar, Siapa yang Salah? Kematian
Oleh : Abdul Kabir Albantani
Ketua PPWI Lebak
Kematian seorang bayi berusia dua minggu di Leuwidamar, Kabupaten Lebak, bukanlah sekadar kabar duka. Ia adalah potret nyata rapuhnya sistem pelayanan kesehatan kita. Dari cerita kakek sang bayi, terlihat betapa keluarga sudah berupaya meminta pertolongan sejak dini. Sayangnya, pertolongan medis yang datang justru minim empati, apalagi aksi nyata.
Bidan desa yang seharusnya menjadi garda terdepan pelayanan kesehatan justru meremehkan kondisi bayi dengan pernyataan sinis bahwa "pernapasan bayi normal." Lebih tragis lagi, ketika kondisi memburuk, puskesmas hanya melakukan pemeriksaan seadanya dan memberi saran rujukan tanpa tindakan medis lanjutan. Akibatnya, bayi itu menghembuskan napas terakhir di perjalanan menuju rumah sakit.
Siapa yang salah? Pertanyaan ini harus dijawab jujur. Apakah hanya bidan desa? Apakah hanya dokter puskesmas? Atau sistem kesehatan di Kabupaten Lebak yang memang lemah dan jauh dari kata maksimal?
Kejadian ini menunjukkan bahwa problem utamanya ada pada sistem. Dari pelayanan dasar yang abai, komunikasi antar level pelayanan yang tidak berjalan, hingga lemahnya pengawasan dari dinas kesehatan. Jika sistem terbangun baik, tak mungkin kasus seperti ini terus berulang.
Bupati Lebak dan Dinas Kesehatan tidak boleh sekadar duduk manis dengan laporan di atas meja. Evaluasi menyeluruh harus dilakukan, mulai dari kualitas tenaga kesehatan, standar pelayanan darurat, hingga koordinasi antar fasilitas kesehatan. Jangan sampai pelayanan kesehatan hanya sebatas seremoni tanpa menyentuh kebutuhan nyata masyarakat.
Kematian bayi di Leuwidamar bukan musibah semata. Ia adalah alarm keras yang menuntut perubahan segera. Dan ketika sebuah nyawa kecil melayang karena kelalaian, maka kesalahan ada pada kita semua yang membiarkan sistem tetap rapuh. (*)
Posting Komentar