Agustus Panas: Isu Rolling Jabatan Bikin Pejabat Tanggamus Ketar-ketir
Tanggamus,BeritaKilat.com – Aroma rotasi jabatan kembali menyengat tajam di tubuh birokrasi Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Kabar kuat berembus akan terjadi “pembersihan besar-besaran” pada Agustus 2025. Senin (28/7/2025)
Posisi camat dan kepala puskesmas disebut-sebut masuk dalam sasaran prioritas gerbong mutasi.
Di balik meja dan lorong-lorong kantor pemerintahan, suasana mulai menghangat. Sebagian pejabat sibuk menunjukkan kinerja, sebagian lain bergerilya lewat jalur lobi-lobi.
Tak sedikit yang mendadak rajin sowan ke tokoh-tokoh tertentu, berharap mendapat “sinyal selamat” dari gelombang rotasi.
Wakil Ketua DPRD Tanggamus, Irwandi Suralaga, angkat bicara menanggapi kegaduhan tersebut. Ia mengingatkan para ASN agar tetap tenang dan fokus pada tugas pokok.
“Tak usah khawatir. Pak Bupati itu melihat kinerja, bukan siapa yang paling rajin melobi,”Tegas Irwandi
Politisi PKB yang akrab disapa Bang Ir ini menegaskan bahwa Bupati Moh. Saleh Asnawi memegang prinsip seleksi yang ketat: loyalitas, integritas, dan profesionalitas, bukan kedekatan atau bisik-bisik belakang layar.
“Kalau tak punya kinerja, tak sejalan dengan visi kepala daerah, ya pasti tersingkir. Untuk apa dipertahankan?”Lanjutnya.
Irwandi juga menepis anggapan bahwa mutasi ini bermuatan transaksional. Ia menyebut, Bupati Saleh Asnawi anti terhadap praktik jual beli jabatan.
“Pak Bupati dari awal sudah wanti-wanti, tidak ada istilah jual beli jabatan. Semua murni berdasarkan kapasitas dan akuntabilitas,”Tegasnya.
Meski begitu, spekulasi terus bergulir. Nama-nama beredar dalam bisik, dan ruang kerja sejumlah pejabat kini terasa seperti ruang tunggu takdir antara promosi, rotasi, atau degradasi.
Satu hal yang pasti: Agustus mendatang bukan hanya perayaan kemerdekaan, tetapi juga ujian integritas dan momen survival bagi para ASN yang tak siap menghadapi gelombang reformasi birokrasi.
Namun di sisi lain, jauh sebelum Pilkada Tanggamus, saat roda pemerintahan masih dipegang Dewi Handajani, loyalitas terhadap pimpinan menjadi semacam mata uang utama dalam birokrasi.
ASN berlomba menunjukkan kesetiaan, bahkan tak jarang melampaui batas profesionalitas.
Ironisnya, di balik sorak-sorai loyalitas itu, kedisiplinan justru amburadul. Di sejumlah puskesmas, budaya kerja longgar menjadi rahasia umum.
Aparatur sering absen, datang seenaknya, dan ketika ditanya soal ketidakhadiran, jawaban klise “dinas luar” (DL) jadi andalan.
Namun dugaan kuat menyebut, dalih DL itu hanya akal-akalan belaka tameng untuk menutupi kemalasan atau sekadar mengurus kepentingan pribadi.
Situasi ini memunculkan ironi: loyal kepada pimpinan, tetapi lalai terhadap kewajiban. Setia, tapi tak profesional. Maka tak heran jika wacana mutasi kali ini menimbulkan kegelisahan massal.
Banyak yang mulai sadar, tak semua yang dulu dekat dengan kekuasaan akan tetap aman di bawah kepemimpinan baru.
Bupati Saleh Asnawi menegaskan, reformasi birokrasi bukan sekadar mengganti orang, melainkan membongkar sistem lama yang penuh kompromi dan kepura-puraan.
Agustus pun kian dekat. Sebagian ASN bekerja dengan cemas, sebagian lagi bermain di dua kaki: satu di atas meja kerja, satu lagi di balik layar lobi-lobi. (zaini)
Posting Komentar