Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan

Trading Options yang Dijamin Untung? Alvin Lim Tantang Investor dengan Strategi Andal!

November 27, 2024

 


JAKARTA, BeritaKilat.com - Quotient Fund, yang didirikan pada 2 September 2024, merupakan pelopor jasa keuangan modern di Indonesia telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Dipimpin oleh Advokat Alvin Lim, SH, MH, Msc, CFP, Quotient Fund telah sukses menyelenggarakan 6 kelas Trading Options dan menarik perhatian para investor untuk meningkatkan portfolio keuangan mereka ke tahap yang lebih tinggi. 


Saat ini, AUM (Asset Under Management) Quotient Fund telah melampaui 2 juta USD. Pada bulan November saja, klien Quotient Fund sudah menikmati hasil profit diatas 3% dalam waktu 1 bulan. Angka AUM ini akan semakin bertambah besar dimana pada bulan Desember dan Januari kelas Trading Options akan diisi oleh lebih dari 60 peserta.


“Kami menargetkan dalam satu tahun pertama, AUM Quotient Fund akan mencapai 100 Miliar Rupiah”, sebut Alvin Lim, pendiri Quotient Fund. 


Market Insights

Tiga aset komoditas utama yang diperdagangkan dalam Trading Options di Quotient Fund, yaitu Emas, Perak dan Minyak Bumi, masih menunjukkan peluang besar untuk mengalami kenaikan. Dengan adanya peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina, kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump, dan juga kebijakan produsen minyak bumi dunia di Timur Tengah akan menyebabkan gejolak di pasar keuangan dan komoditas dunia. 


Berbeda dengan metode investasi lainnya, strategi yang diajarkan oleh Alvin Lim, memberikan kesempatan kepada para investor untuk mendapatkan keuntungan, bahkan dalam kondisi dunia yang tidak menentu. 


“Mau harga mata uang naik atau turun, situasi saham Amerika S&P 500 atau IHSG di indonesia itu lagi turun, kita tetap bisa mendapatkan keuntungan setiap bulannya. Jika ada yang rugi dalam Trading Options menggunakan strategi yang saya ajarkan, saya bersedia mengganti 10x lipat biaya yang sudah dikeluarkan untuk kelas Trading Options kami.” begitu pungkas Alvin Lim dalam memberikan jaminan ke investor. 



Target Optimis di Akhir Tahun

Dengan keberhasilan Quotient Fund dalam mencetak keuntungan konsisten bagi para klien, kami optimis dapat membantu mereka mencapai target profit rata-rata sebesar 24 - 48% per tahun, didukung oleh analisis pasar yang tajam dan strategi jitu kami. 


Fokus kami terhadap komoditas utama seperti Emas, Perak, dan Minyak Bumi telah menunjukkan bahwa di tengah ketidakpastian global, selalu ada peluang besar untuk meraih keuntungan yang signifikan. 


Dengan disiplin dan manajemen risiko yang baik, kami yakin dapat membantu klien memanfaatkan peluang ini untuk mencapai kesuksesan serupa.


Seminar Akbar: 22 Februari, 2025

Jangan lewatkan kesempatan emas untuk bergabung dalam seminar eksklusif dari Quotient Fund pada 22 Februari 2025! Dalam seminar ini, Anda akan mempelajari tren pasar, cara menganalisisnya, serta strategi jitu untuk membantu Anda mencapai hasil investasi yang optimal dalam satu hari penuh.


Seminar ini dirancang untuk memberikan wawasan berharga tentang peluang pasar dan bagaimana Quotient Fund terus mencetak performa konsisten bagi kliennya. Biaya seminar sebesar Rp 5.000.000, dengan kuota terbatas hanya untuk 200 peserta terpilih. 


Untuk informasi layanan dan bantuan bisa hubungi kantor terdekat. 

Hotline 0818 0454 4489 (Surabaya), 0811-1023-489 (Jakarta Selatan), 08111534489 (Jakarta Barat), 0811-1184-489 (Jakarta Pusat)  dan 0817-489-0999 (Tangerang), atau mendatangi Quotient Center terdekat. (*/red) 

Pasar Bereaksi terhadap Eskalasi Rusia-Ukraina: Emas Menguat, Perak Naik, dan Minyak Menghadapi Titik Balik yang Kritis

November 26, 2024

 


Penulis: Regen Lee

Emas (GLD)

Emas batangan naik 1,5% menjadi $2.710,16 per ons setelah Ukraina melaporkan Rusia meluncurkan rudal balistik baru di Dnipro. Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendorong investor ke aset aman seperti emas. Permintaan aset aman yang baru telah menyuntikkan momentum baru kembali ke pasar setelah koreksi awal November. Perhatian dari para penjual tertuju pada komentar Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee, yang menunjukkan suku bunga bergerak "sedikit lebih rendah" dan menyuarakan optimisme bahwa inflasi mereda mendekati target bank sentral. Logam mulia telah melonjak lebih dari 30% tahun ini, didukung oleh pembelian bank sentral yang sehat, meningkatnya permintaan aset aman, dan siklus pemotongan suku bunga oleh Fed. Goldman Sachs Group Inc. dan UBS Group AG sama-sama mengeluarkan prospek bullish untuk logam mulia dalam beberapa hari terakhir.

Perak (SLV)

Harga perak naik minggu lalu, ditutup pada $31,35, naik 3,61%, meskipun ada tantangan dari dolar AS yang kuat dan imbal hasil Treasury yang meningkat. Dolar mencapai titik tertinggi dalam 13 bulan, membuat perak lebih mahal bagi pembeli internasional. Imbal hasil acuan 10 tahun yang lebih tinggi biasanya mengurangi daya tarik perak sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil. Namun, kekuatan logam tersebut menentang tekanan ini, yang didorong oleh faktor pasar yang unik.

Meningkatnya ketegangan geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina, meningkatkan ketahanan perak. Konflik Rusia-Ukraina meningkat, menarik minat investor terhadap aset safe haven. Permintaan akan perlindungan ini meningkatkan harga emas dan perak, dengan kekuatan emas memberikan dorongan tambahan bagi logam sejenisnya.

Ketidakpastian ekonomi makro berkontribusi terhadap kenaikan perak, dengan data ekonomi AS yang beragam menyoroti kinerja tenaga kerja yang kuat tetapi manufaktur yang lemah. Level teknis utama untuk kekuatan perak bergantung pada pivot mingguan penting di $30,44, yang menandakan momentum pembeli yang kuat dan memposisikan logam untuk menguji resistensi berikutnya di $32,275. Penurunan di bawah $30,44 dapat mengindikasikan tekanan jual baru, dengan support utama di $29,68 berpotensi ikut berperan.

Kinerja perak minggu ini akan bergantung pada risiko geopolitik, komentar Federal Reserve, dan rilis ekonomi AS yang penting. Pedagang harus memantau $30,44 dengan cermat untuk momentum jangka pendek, dengan $32,275 sebagai target berikutnya.

Minyak (USO)

Anggota OPEC sedang meninjau kuota produksi pada tanggal 1 Desember, menghadapi keputusan yang rumit karena permintaan minyak yang lemah antara tahun 2024 dan 2025, penyelarasan harga dengan titik terendah yang kritis, dan potensi fracking minyak dan deregulasi untuk menimbulkan risiko penurunan harga minyak. Perang Rusia-Ukraina dan transisi global menuju energi terbarukan juga menimbulkan tantangan. Tren penurunan minyak telah terhenti di zona support 4 tahun, dan risiko gangguan pasokan antara perang dan Timur Tengah semakin memengaruhi pasar. Zona support 4 tahun antara level 64 dan 65 tetap utuh, dengan risiko kenaikan dari perang yang terus-menerus. Penembusan di atas level resistensi di 72,30 dan 76 dapat membuka jalan bagi level yang lebih tinggi di 80 dan 84, memperkuat skenario bullish pada grafik. Penembusan yang menentukan di bawah support 64 dapat mendorong harga menuju 58, dengan potensi untuk meluas lebih jauh ke 49.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

For more information or participation inquiries, feel free to contact our hotline: 0818-0454-4489 (Surabaya), 

0811-1534-489 (Jakarta),

0817-4890-999 (Tangerang), 

or visit the nearest Quotient Center. Spaces are limited. (*/red) 

Krisis atau Peluang? Dinamika Emas, Perak, dan Minyak di Tengah Gejolak Global

November 25, 2024

 


Penulis: Devin Emilian  

Pasar komoditas menunjukkan dinamika yang beragam hari ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor geopolitik dan kebijakan ekonomi global. Harga-harga utama seperti emas, perak, dan minyak mentah mengalami pergerakan signifikan, mencerminkan dampak dari perkembangan ekonomi dan geopolitik terkini.

Emas (GLD)

Harga emas mengalami penurunan tajam sebesar 1,6%, setelah mencatatkan kenaikan terbesar dalam 20 bulan. Tren saat ini menunjukkan penurunan seiring pelaku pasar yang mengalihkan fokus mereka ke arah kebijakan suku bunga Federal Reserve. Laporan aktivitas bisnis AS yang meningkat memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menahan pemotongan suku bunga, yang menjadi salah satu faktor utama penurunan harga emas. Selain itu, meskipun dolar AS melemah, dampaknya terhadap emas terbatas. Penurunan permintaan aset safe-haven juga terjadi setelah munculnya potensi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.

Perak (SLV)

Harga perak juga menunjukkan tren penurunan sekitar 1,36%. Penurunan ini terjadi setelah pekan sebelumnya perak mencatatkan kenaikan signifikan akibat ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. Namun, dengan adanya pengurangan risiko geopolitik, termasuk kesepakatan damai di Timur Tengah, permintaan safe-haven untuk perak menurun. Selain itu, terjadi koreksi teknikal seiring pelaku pasar mengambil keuntungan dari kenaikan tajam sebelumnya.

Minyak (USO)

Harga minyak mentah tetap stabil, dengan Brent berada di $75.30 per barel dan WTI di $71.38 per barel. Tren minyak mentah menunjukkan kenaikan yang didukung oleh berbagai faktor geopolitik, seperti meningkatnya konflik antara Rusia dan Ukraina serta potensi sanksi baru terhadap Iran yang dapat mengurangi pasokan minyak global hingga 1 juta barel per hari. Selain itu, permintaan yang meningkat dari China dan India, dua importir minyak terbesar dunia, turut memperkuat harga minyak mentah. Rebound impor minyak oleh China dan peningkatan throughput kilang India menjadi pendorong utama dalam tren ini. Di sisi lain, penurunan ekspor Rusia turut memperketat pasar minyak mentah global.

India saat ini juga meningkatkan upaya untuk mendiversifikasi pasokan minyak mentahnya dengan menjalin hubungan lebih erat dengan Guyana. Setelah pembelian percobaan kargo minyak dari Guyana pada 2021, India menjajaki peluang untuk kontrak jangka panjang dan eksplorasi sektor hulu di negara tersebut. Kunjungan Perdana Menteri Narendra Modi ke Guyana baru-baru ini menjadi langkah penting dalam memperkuat hubungan bilateral ini. India juga menunjukkan minat dalam partisipasi sektor eksplorasi dan produksi minyak mentah di Guyana, termasuk pengajuan tawaran untuk blok minyak lepas pantai melalui ONGC Videsh, bagian dari Oil and Natural Gas Corp milik pemerintah India. Namun, Guyana menghadapi tantangan dalam menembus pasar India karena adanya persaingan ketat dari pembeli Eropa dan Rusia, serta preferensi kilang India terhadap minyak mentah yang lebih berat dan bersulfur. Selain itu, penurunan harga Liza crude dari Guyana membuat daya saingnya di pasar India semakin tertekan.

Guyana memiliki potensi produksi minyak yang signifikan dengan cadangan mencapai 12 miliar barel setara minyak dan proyeksi produksi mencapai 1 juta barel per hari pada tahun 2026. Namun, untuk memperkuat posisinya di pasar India, Guyana perlu menawarkan ketentuan yang kompetitif mengingat pasar India lebih terbiasa dengan minyak mentah berkualitas berat.

Perkembangan lainnya termasuk peningkatan produksi minyak di kawasan Gabar Mountain, Turki, yang diharapkan mencapai 70,000 barel per hari pada akhir tahun. Hal ini menunjukkan langkah strategis negara tersebut dalam mencapai kemandirian energi. Sementara itu, dalam konteks tren global, Goldman Sachs memperkirakan harga Brent akan berkisar antara $70 hingga $85 per barel pada 2025, dengan potensi kenaikan jika terjadi gangguan pasokan akibat risiko geopolitik.

Secara keseluruhan, pasar komoditas saat ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor geopolitik dan kebijakan moneter. Emas dan perak mengalami tekanan harga akibat sentimen risk-on, sementara minyak mentah terus bergerak naik didukung oleh ketegangan geopolitik dan permintaan yang kuat dari pasar Asia. Pelaku pasar diharapkan terus memantau perkembangan kebijakan Federal Reserve, dinamika geopolitik, dan pola permintaan global untuk memahami arah pergerakan harga komoditas di masa mendatang.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

For more information or participation inquiries, feel free to contact our hotline: 0818-0454-4489 (Surabaya), 

0811-1534-489 (Jakarta),

0817-4890-999 (Tangerang), 

or visit the nearest Quotient Center. Spaces are limited. (Red) 

Harga Emas Mendekati $3.000 serta Harga Minyak Naik 2% disaat Perak Berjuang di Daerah Supportnya

November 22, 2024

 


Penulis: Regen Lee

Emas (GLD)

Emas memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga karena para pedagang mencari tempat yang aman dalam logam mulia di tengah perang Rusia dengan Ukraina. Angkatan bersenjata Ukraina menembakkan rudal jelajah Inggris ke sasaran militer di dalam Rusia untuk pertama kalinya, saat konflik 1.000 hari memasuki fase baru. Rusia telah menyatakan kesiapan untuk berbicara dengan Presiden terpilih AS Donald Trump tentang potensi gencatan senjata dengan Ukraina, meskipun para pejabat Barat bersikap skeptis. Ketegangan geopolitik menambah kenaikan emas awal minggu ini, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui doktrin nuklir terbaru yang memperluas ketentuan penggunaan senjata atom. Investor biasanya mencari tempat yang aman dalam logam mulia pada saat ketidakpastian. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,5% pada hari Rabu, dan para pedagang juga memantau jalur penurunan suku bunga Federal Reserve. Emas telah reli lebih dari 28% tahun ini, dengan kenaikan yang didukung oleh pembelian bank sentral, poros Fed, dan ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan emas akan terus naik hingga $3.000 per ons pada akhir tahun depan, sementara UBS Group AG menduga harga segera menyentuh $2.900.

Perak (SLV)

Harga perak turun pada hari Rabu, turun dari level tertinggi baru-baru ini karena dolar AS yang lebih kuat dan ketegangan geopolitik. Kekuatan dolar membuat perak lebih mahal bagi pembeli internasional, dan permintaan safe haven tetap menjadi faktor pendukung. Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini memperluas kriteria untuk pembalasan nuklir, menanggapi laporan senjata jarak jauh yang dipasok AS yang digunakan oleh Ukraina. Konflik yang meningkat mendukung permintaan logam mulia, bahkan ketika dolar yang lebih kuat menciptakan hambatan.

Level teknis utama yang perlu diperhatikan untuk perak termasuk resistensi di $31,29, dengan rata-rata pergerakan 50 hari di $31,77 bertindak sebagai level kunci. Penembusan di atas ambang batas ini dapat membuka jalan untuk pengujian $32,28-$32,89. Dukungan kuat di $30,61, sementara level terendah yang lebih signifikan berada di $29,68. Penurunan di bawah titik ini dapat menyebabkan penurunan yang lebih dalam, yang berpotensi menargetkan rata-rata pergerakan 200 hari di $28,84.

Minyak (USO)

Harga minyak naik 2% hari ini karena drama geopolitik, dengan West Texas Intermediate (WTI) mencapai $70,17 per barel dan minyak mentah Brent mencapai $74,29, naik 1,48. Konflik Rusia-Ukraina yang meningkat telah menyebabkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan, dengan analis memperingatkan bahwa serangan Ukraina berpotensi menghantam infrastruktur energi Rusia atau memicu pembalasan Rusia yang dapat membatasi produksi atau ekspor minyak. OPEC+, yang mencakup Rusia, sedang mempertimbangkan untuk menunda kenaikan produksi yang direncanakan untuk Desember, yang selanjutnya dapat mendukung harga minyak mentah. China juga menerapkan kebijakan baru untuk meningkatkan perdagangan dan impor energi. Persediaan minyak mentah AS naik 545.000 barel minggu lalu, dan stok bensin juga naik. Analis memperkirakan volatilitas akan tetap ada, tetapi Badan Energi Internasional telah memperbarui seruannya yang bearish untuk pasokan minyak global untuk dengan nyaman melebihi permintaan tahun depan. (*/red) 

Laporan Pasar Terkini: Ketegangan Geopolitik Dorong Kenaikan Logam Mulia, Minyak Alami Tekanan Campuran

November 21, 2024

 


Penulis: Devin Emilian

Emas (GLD)

Harga emas baru-baru ini menunjukkan penguatan signifikan, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina serta pelemahan dolar AS. Dalam beberapa hari terakhir, harga emas naik sekitar 0,8%, baik pada pasar spot maupun kontrak. Momentum ini didukung oleh berbagai faktor utama:

- Ketegangan Geopolitik: Konflik Rusia-Ukraina meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven, menguatkan posisinya di tengah ketidakpastian global.

- Ekspektasi Kebijakan The Fed: Antisipasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 0,25% pada Desember melemahkan dolar AS, yang secara historis mendukung kenaikan harga emas.

- Aksi Bank Sentral: Bank-bank sentral global terus menambah cadangan emas, yang semakin memperkuat tren positif ini. Data dari SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar dunia, menunjukkan peningkatan kepemilikan sebesar 0,36% menjadi 875,39 ton.

Selain itu, investor terdorong oleh kekhawatiran fiskal di AS dan potensi dampak kemenangan Donald Trump dalam pemilu 2024, yang dapat memicu ketidakpastian lebih lanjut. Goldman Sachs memperkirakan bahwa harga emas dapat mencapai USD 3.000 per ons pada akhir 2025, didorong oleh aksi beli bank sentral dan ketidakpastian global yang berlanjut. Meski demikian, konsolidasi pasar setelah kenaikan tajam dapat menjadi hambatan sementara bagi momentum ini.


Perak (SLV)

Perak mencerminkan tren serupa dengan emas, dengan kontrak berjangka mencatat kenaikan sekitar 0,3%. Eskalasi geopolitik, terutama konflik Rusia-Ukraina, menjadi pendorong utama penguatan perak sebagai aset pelindung nilai. Selain itu, peran perak sebagai safe haven di tengah inflasi dan ketidakpastian global semakin memperkuat posisinya.


Namun, tekanan datang dari pelemahan ekonomi China, yang merupakan salah satu importir terbesar logam mulia. Stimulus ekonomi yang diumumkan pemerintah China belum mampu mendorong permintaan perak secara signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa permintaan logam dari China tetap lesu, menambah hambatan pada prospek jangka menengah untuk harga perak.


Minyak (USO)

Pasar minyak saat ini menghadapi dinamika yang kompleks, mencatat penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Berikut adalah faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga minyak:

1. Kenaikan Stok Minyak

Stok minyak mentah AS meningkat sebesar 545 ribu barel menjadi 430,3 juta barel pada pekan yang berakhir 15 November, menurut laporan EIA. Hal ini jauh melampaui ekspektasi kenaikan sebesar 138 ribu barel. Meski stok di hub NYMEX Cushing, Oklahoma, turun 140 ribu barel, angka tersebut masih menjadi perhatian pasar.

2. Ekspor Minyak

Ekspor minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak September, naik hampir 1 juta barel per hari menjadi 4,14 juta barel per hari. Insentif arbitrase untuk mengirim minyak AS ke Eropa Barat Laut semakin mendukung peningkatan ekspor ini.

3. Permintaan yang Lemah

Permintaan minyak global tetap menjadi tantangan. Ekonomi China, yang biasanya menjadi penggerak utama permintaan minyak, masih menghadapi perlambatan meski ada stimulus pemerintah. Implikasi ini memperlemah potensi kenaikan harga dalam jangka pendek.

4. Pasokan Global

Pemulihan kapasitas penuh di ladang Johan Sverdrup di Norwegia menambah tekanan pada pasokan global. Selain itu, pertemuan OPEC+ pada 1 Desember mendatang diperkirakan akan menghasilkan keputusan untuk menunda peningkatan produksi, mengingat lemahnya permintaan global.

5. Dampak Geopolitik

Konflik Rusia-Ukraina dan eskalasi ketegangan di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, menciptakan risiko tambahan bagi pasar minyak. Ukraina baru-baru ini meluncurkan rudal Storm Shadow ke Rusia, menambah premi risiko pada harga minyak.

6. Proyeksi Pasar

Goldman Sachs memprediksi bahwa tekanan bearish pada pasar minyak akan berlanjut hingga 2025, dengan potensi harga turun ke USD 65 per barel. Peningkatan pasokan dan lemahnya permintaan, terutama dari China, menjadi faktor utama yang mendukung proyeksi ini.


Kesimpulan

Pasar saat ini menunjukkan perbedaan tren yang mencolok antara logam mulia dan minyak mentah. Emas dan perak terus menunjukkan tren naik yang kuat, didukung oleh ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS, dan aksi spekulatif investor. Sementara itu, minyak menghadapi tekanan akibat peningkatan stok dan lemahnya permintaan global, meskipun risiko geopolitik tetap menjadi faktor pendukung harga.

Kombinasi faktor geopolitik, fundamental ekonomi global, dan kebijakan moneter utama akan terus menjadi pendorong utama pergerakan harga untuk ketiga aset ini di masa mendatang.


Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

For more information or participation inquiries, feel free to contact our hotline: 0818-0454-4489 (Surabaya), 

0811-1534-489 (Jakarta),

0817-4890-999 (Tangerang), 

or visit the nearest Quotient Center. Spaces are limited. (*) 

Translate